TENGKU SYED IBRAHIM

SULTAN KE DELAPAN
SULTAN ASSAIDIS SYARIF IBRAHIM ABDUL JALIL KHALILUDDIN
(1810-1815)

Penerus tahta kerajaan adalah putera Sultan Assaidis Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin anaknya yang bernama Ibrahim yang dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Sultan Assaidis Syarif Ibrahim Abdul Jalil Kahaliluddin. Sebenarnya kondisi kesehatan Sultan Ibrahim tidak mendukung terhadap tugas yang diembannya sebagai pemimpin kerajaan akan tetapi hanya beliaulah sebagai pewaris dan penerus tahta kerajaan.  Oleh karena itu untuk membantu beliau dalam urusan kepemerintahan maka ditunjuklah Tengku Sulung Muhammad bin Panglima besar Sayid Ahmad sebagai Panglima Besar kerajaan Siak.
Sultan Ibrahim tetap sebagai pewaris tahta kerajaan Siak. Tungku Sulung Muhammad adalah putera Tengku Busu Said Ahmad yang menyandang gelar Panglima Besar. Tengku Sulung Muhammad beristerikan adik perempuan Sultan Syarif Ibrahim yang bernama Tengku Puan atau Syarifah Saidah.
Dikarenakan keadaan Sultan demikian, maka Inggris dan Belanda membujuk dan mendekati Sultan untuk dapat bekerjasama dengannya. Pada tanggal 31 Agustus 1818 diikat suatu perjanjian dagang antara Sultan Ibrahim dengan Kolonel William Forquhar, kepala kompeni Belanda Timur Inggeris di Penang. Bahkan Raffles juga ikut untuk mengikat perjanjian dengan Siak, bukan hanya masalah perdagangan akan tetapi juga hal-hal lain, seperti keamanan dan hubungan politik. Keinginan Raffles ini diketahui oleh pemerintah Belanda di Melaka. Untuk mengecek keberadaan itu Belanda mengirim Kapten D.Buys ke Siak dan membuat perjanjian dengan Siak pada tanggal 16 Desember 1822, perjanjian berlangsung di Bukit Batu. Isi perjanjian tersebut bersepakat bahwa Siak tidak boleh berhubungan dagang dengan Negara lain selain dengan Belanda. Sultan Ibrahim mengirim surat kepada Gubernur Inggeris di pulau Pinang melaporkan isi perjanjian antara belanda dengan Siak, tetapi tidak mendapatkan tanggapan. Kemudian Sultan Siak mendapat peringatan dari pulau Pinang mengatakan bahwa tidak boleh merobah apapun yang telah dibuat dalam perjanjian yang telah dijalin antara Sultan Ibrahim dengan Farquhar Inggeris pada tahun 1818.
Di dalam masalah monopoli perdagangan di Negeri Siak telah mulai diperebutkan antara Inggeris dan Belanda, karena Negeri Siak merupakan sumber kehidupan Kompeni Belanda dan Inggeris, karena di Negeri ini banyak terdapat sumber alam dan hasil bumi yang perlu digerogoti.    
  Setelah Sultan Ibrahim membuat perjanjian dengan Belanda pada tahun 1823 di Bukit Batu Siak, maka kemudian datang pula orang Inggeris yang dipimpin oleh Anderson dengan maksud untuk memperkuat perjanjian antara Inggeris dengan Sultan Ibrahim yang pernah dibuat pada tahun 1818 yang dipimpin oleh Forquhar. Isinya perjanjian mengenai hubungan dagang antara Siak dengan Kompeni Inggeris. Hal ini membuat Sultan Ibrahim kebingunan yang mana akan dituruti karena kedua-dua bangsa Eropa ini mempunyai kepentingan perdagangan di Siak.
Perjanjian Sultan Ibrahim dengan Inggeris yang dipimpin oleh Anderson tahun 1823 dan merupakan lanjutan perjanjian tahun 1818, berarti Sultan Ibrahim sudah melanggar perjanjian yang dibuat dengan Kompeni Belanda yang dipimpin oleh D. Buys tahun 1822. Dengan adanya pelanggaran perjanjian ini oleh Sultan Ibrahim, maka Gubernur Belanda di Melaka mengutus Minyoot ke Siak pada tahun 1823 untuk memperbaharui serta memperbaiki perjanjian yang dibuat pada tahun 1822.
Sultan Ibrahim sangat lemah menghadapi politik adu domba antara Sultan dengan Inggeris dan Belanda, sehingga Sultan terombang-ambing untuk mengatur ambisi-ambisi mereka merebut negeri Siak, di samping itu pula di dalam negeri sendiri terjadi silang sengketa antara keluarga-keluarga sultan dengan putera Sultan Ibrahim yang bernama Tengku Putera, hal ini dapat diselesaikan oleh Sultan Ibrahim.
Kesepakatan yang dilakukan Sultan dengan Inggeris dan Belanda sangat merugikan kerajaan Siak. Demikian juga wilayah kerajaan semakin berkurang jadinya. Menuntut catatan Anrooij (1885) bahwa Sultan Ibrahim sebenarnya setelah kematian ayahandanya menderita sakit, namun hal itu tidak diketahui oleh orang ramai kecuali hanya beberapa pihak istana saja. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Inggeris dan Belanda.40   

Meskipun sultan tidak aktif dalam urusan kepemerintahan namun dalam masa pemerintahannya sempat pula dibangun sebuah istana kerajaan di Kuala Mempura Kecil. Istana tersebut digunakan untuk tempat peristirahatan sultan. Sultan wafat di sungai Mempura Kecil dan dimakamkan di komplek pemakaman Koto Tinggi Siak Sri Indrapura dengan gelar Marhum Mempura Kecil. Apakah itu yang dinamakan Kota Selamah?